Kayu Sengon merupakan alternatip pilihan selain kayu Mahoni maupun Pinus. Hal ini karena Kayu Sengon masih banyak jumlahnya yang tersebar hampir di seluruh Kepulauan Indonesia. Untuk harganya pun masih terjangkau baik dari segi harga beli maupun harga jual yang relative menarik. Di sekitar, untuk jenis kayu sengon masih sangat-sangat banyak.
Jeungjing, jeunjing atau sengon/albasia adalah nama sejenis pohon penghasil kayu anggota suku Fabaceae (Enterolobium cyclocarpum Griseb). Pohon yang diklaim memiliki pertumbuhan tercepat di dunia ini, dapat mencapai tinggi 7m dalam waktu setahun, nama ilmiahnya adalahParaserianthes falcataria. Jeunjing menghasilkan kayu ringan yang berwarna putih, cocok untuk konstruksi ringan, peti-peti pengemas, papan partikel (particle board) dan papan lapis (blockboard).
Nama-nama lainnya adalah :
J sika,
J selawaku (Maluku),
J bae, bai,
J wai,
J wahogon (Papua),
J batai (Mly.),
J kalbi,
J albasiah atau albise
Pohon, sedang sampai agak besar, mencapai tinggi 40m dan gemang hingga 100cm atau lebih. Batang utama umumnya lurus dan silindris, dengan tinggi batang bebas cabang (clear bole) mencapai 20m. Pepagan berwarna kelabu atau keputih-putihan, licin atau agak berkutil, dengan jajaran lentisel. Bertajuk rindang dan renggang. Ranting yang muda bersegi, berambut.Daun majemuk menyirip ganda, dengan satu kelenjar atau lebih pada tangkai atau porosnya, 23-30 cm. Sirip-sirip daun berjumlah 6-20 pasang, masing-masing berisi 6-26 pasang anak daun yang berbentuk elips sampai memanjang, dengan ujung yang sangat miring, runcing, 0,6-1,8 × 0,5 cm. Bunga berkelamin dua, terkumpul dalam bulir yang bercabang, 10-25 cm, terletak di ketiak daun. Berbilangan 5, kelopak bunga bergigi setinggi lk. 2mm. Tabung mahkota bentuk corong, putih dan lalu menjadi kekuningan, berambut, tinggi lk. 6mm. Benangsari berjumlah banyak, putih, muncul keluar mahkota, pada pangkalnya bersatu menjadi tabung. Buah polong tipis serupa pita, lurus, 6-12 × 2 cm, dengan tangkai sepanjang 0,5-1 cm. Polong memecah sepanjang kampuhnya. Biji 16 atau kurang.
Kayu terasnya berwarna hampir putih atau coklat muda; kayu gubalnya hampir tak terbedakan dari kayu teras. Kayu jeungjing memiliki permukaan yang licin atau hampir licin, dan mengkilap; dengan tekstur yang agak kasar dan merata. Kayu yang masih segar berbau seperti petai, yang lambat laun menghilang apabila kayunya menjadi kering.Termasuk ke dalam kayu ringan, jeungjing memiliki berat jenis sekitar 0,33. Kayu ini termasuk ke dalam kelas kuat IV-V, dan kelas awet IV-V. Kayu jeungjing cukup mudah diawetkan (keterawetan sedang) dan mudah pula dikeringkan, meskipun pada kayu yang seratnya tidak lurus mudah terjadi pencekungan dan pemilinan. Pengeringan alami papan dengan ketebalan 2,5 cm hingga kadar air sekitar 20% memerlukan waktu kurang-lebih 33 hari.
Kayu jeungjing relatif mudah dikerjakan: digergaji, diserut, dibentuk, diamplas, dan dibubut. Pemboran dan pembuatan lubang persegi kadang-kadang memberikan hasil yang kurang memuaskan. Secara tradisional, kayu jeungjing di Jawa Barat banyak digunakan sebagai bahan ramuan rumah: papan-papan, kasau, balok, tiang dan sebagainya. DiMaluku, pada masa lalu kayu jeungjing biasa digunakan sebagai bahan pembuatan perisai karena sifatnya yang ringan, liat dan sukar ditembus. Kini kayu jeungjing biasa digunakan untuk pembuatan papan, peti-peti pengemas, venir, pulp (bubur kayu), papan serat (fiber board), papan partikel (particle board), papan lapis (blockboard), korek api, kelom (alas kaki) dan kayu bakar. Jeungjing juga kerap ditanam sebagai tanaman hias, pohon peneduh dan pelindung di perkebunan, pengendali erosi, pupuk hijau, serta sebagai penghasil kayu bakar. Daun-daunnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (ayam dan kambing). Pepagannya menghasilkan zat penyamak, yang digunakan sebagai ubarjala.
No comments:
Post a Comment
ayo para peduli kesehatan berikan komentarnya