Membentuk tubuh bebas lemak dan berotot (lean) lebih dari sekedar menjaga pola makan dan latihan beban, proses ini membutuhkan kinerja hormon anabolik dan katabolik sepanjang hari, terutama untuk melawan zat-zat yang tidak mendukung pembentukan otot tubuh, seperti hormon kortisol.
Nah, untuk mengetahui bagaimana pengaruh kortisol dalam pembentukan otot dan metabolisme tubuh, ada baiknya kita ulas lebih mendalam tentang apa yang di sebut dengan hormon kortisol.
Apa itu kortisol?
Kortisol adalah jenis hormon steroid yang dihasilkan di korteks adrenal yang terletak di atas ginjal. Setiap hari dihasilkan 40 – 80 µmol hormon kortisol. Hormon ini menyebar dalam plasma dengan tiga cara, yaitu berupa kortisol bebas, kortisol terikat protein, dan kortisol metabolit. Hormon kortisol bekerja dalam tubuh manusia melawan rasa sakit, luka, infeksi, kepanasan, kedinginan, alergi, kekurangan oksigen, lapar, dan faktor-faktor yang meningkatkan suhu tubuh.
Di luar itu, kortisol mengatur tekanan darah dan sistem kekebalan tubuh saat tubuh mengalami gangguan fisik atau stres. Stres dapat menyebabkan tubuh kita memproduksi terlalu banyak hormon ini. Alih-alih membantu keseimbangan tubuh, jika produksinya berlebihan, kortisol justru menyebabkan banyak permasalahan, seperti stres, gangguan tidur, membuat tubuh rentan terhadap infeksi, kelainan gula darah, dan bertambahnya berat tubuh.
Dalam jangka pendek, peningkatan kortisol juga dikaitkan dengan penurunan sintesis protein. Alasan di balik ini adalah bahwa salah satu tindakan kortisol adalah untuk menyediakan bahan bakar alternatif bagi tubuh ketika tidak ada stok glukosa.
Hal ini terjadi saat perut mulai lapar atau dalam kondisi puasa, tetapi bisa juga saat seseorang melakukan latihan intens. Kortisol memediasi kerusakan otot sehingga asam amino dalam jaringan otot dipecah menjadi gula, melalui proses yang disebut glukoneogenesis, sehingga masuk akal jika kortisol dapat menyebabkan penyusutan otot, sekaligus menghambat sintesis protein.
Kortisol dan metabolisme
Michael Corgan dalam bukunya berjudul Hormonal Health menyatakan, kortisol akan mencincang otot Anda lebih cepat dari seorang koki sushi. Kondisi ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga mudah terkena penyakit.
Pada rongga tubuh dan peritoneum, kortisol menghambat proliferasi fibroblas dan sintesis senyawa interstitial seperti kolagen. Kelebihan kortisol dapat mengakibatkan penipisan lapisan kulit dan jaringan penghantar yang menopang pembuluh darah kapiler. Hal ini dapat membuat tubuh menjadi rentan cedera, apalagi saat melakukan latihan intensitas tinggi.
Kortisol picu osteoporosis
Selain itu kortisol juga menjadi ancaman serius bagi tulang karena kelebihan hormon tersebut dapat mempercepat laju penyusutan tulang, meski orang tersebut sudah mengonsumsi susu berkalsium. Pada jaringan tulang, kortisol meredam fungsi osteoblas hingga menurun pembentukan tulang yang baru.
Oleh karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan kalsium pada saluran pencernaan dan menurunkan reabsorsi kalsium pada renal ke dalam sistem kardiovaskular, sehingga kelebihan kortisol dapat mengakibatkan osteoporosis.
Kortisol picu perut buncit
Tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon kortisol saat stres. Mengalami stres berkepanjangan dapat membuat seseorang memproduksi kortisol secara terus-menerus yang pada akhirnya dapat mempengaruhi berat badan. Sebuah studi yang dipublikaskan dalam Jurnal Obesity menyebutkan bahwa hormon kortisol memiliki kemampuan untuk mempengaruhi penyimpanan lemak di daerah perut dan peningkatan gula darah.
Cara menurunkan kortisol
Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan kadar kortisol dalam tubuh, yaitu :
Tidur cukup
Tubuh membutuhkan waktu untuk memulihkan diri dari segala aktivitas fisik baik dari kesibukan bekerjan maupun latihan, kurang tidur merupakan salah satu faktor penyebab stres pemicu tingginya produksi hormon kortisol dalam tubuh. Dapatkan tidur cukup minimal 7-8 jam setiap hari untuk mencegah lonjakan hormon kortisol.
Hindari stres
Sebagai pemicu munculnya hormon kortisol, Anda benar-benar dianjurkan untuk menghindari stres. Ikutilah kelas-kelas yoga, pilates, meditasi atau mendekatkan diri kepada Sang Pencipta untuk mencegah dan mengurangi stres yang Anda alami. Seiring tubuh Anda belajar bagaimana mendapatkan ketenanganan dan kedamaian maka produksi hormon kortisol akan mulai berkurang.
Tingkatkan asupan protein
Hormon kortisol merupakan salah satu penyebab katabolisme otot (penyusutan otot). Saat stres, hormon kortisol akan merampas otot dan memecahnya menjadi gula, terutama saat Anda melakukan latihan. Nah, agar Anda terbebas dari katabolisme otot, konsumsilah makanan berprotein tinggi karena protein merupakan bahan baku utama dalam pembentukan dan pertumbuhan otot.
No comments:
Post a Comment
ayo para peduli kesehatan berikan komentarnya