Konsep biopori merupakan salah satu model prinsip sumur resapan sebagai syarat IMB DEPOK -- Setelah Pemkot Bogor, giliran Pemprov DKI Jakarta menyatakan kesiapannya untuk menerapkan teknologi biopori guna meningkatkan daya serap air ke dalam tanah di ibukota. "Saya akan imbau warga agar membuat lubang-lubang biopori di rumah mereka," ujar Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, usai mensimulasikan pembuatan lubang biopori di kawasan hutan kota kampus Universitas Indonesia, Depok, Ahad (22/4). Menurut Bang Yos -- sapaan akrab gubernur -- teknologi lubang serapan biopori yang diperkenalkan pakar lingkungan Kamil R Brata, dosen Fakultas Pertanian IPB, sangat cocok untuk wilayah Jakarta. "Terutama di kawasan padat pemukiman." Selain mudah dan murah, lanjut Bang Yos, teknologi biopori sangat aplikatif dan lebih sederhana daripada sumur serapan yang selama ini dianjurkan untuk penduduk Ibu Kota. Walaupun demikian, Bang Yos mengaku, hal yang paling penting dari semua upaya meningkatkan daya serap air hujan ke tanah yaitu kesadaran masyarakatnya. Menindaklanjuti imbauan Sutiyoso, kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Budirama Natakusumah, menegaskan, instansinya akan segera menyusun langkah-langkah sosialisasi penerapan lubang biopori di Jakarta. "Seperti kata Pak Gubernur, lubang biopori memang cocok untuk kawasan padat penduduk. Kita akan segera sosialisasikan imbauan ini," kata Budirama. Menurut Budirama, lubang biopori merupakan salah satu model prinsip sumur resapan yang menjadi syarat penerbitan izin mendirikan bangunan (IMB) di Jakarta. Sesuai Pergub 68/2005 dan Pergub 112/2005 tentang Lingkungan Hidup dan IMB, salah satu syarat penerbitan IMB untuk setiap bangunan di Jakarta adalah adanya sumur resapan yang dibuat menyatu dengan bangunan tersebut. "Nah, Pergub ini bisa kita jadikan dasar hukum penerapan biopori di Jakarta." Sampai triwulan 2007, Budirama melanjutkan, tingkat ketaatan warga membuat sumur resapan relatif belum baik. Dari minimal satu juta sumur resapan yang dibutuhkan Jakarta, kini baru ada 29 ribu sumur resapan. "Jadi memang sosialisasi sumur resapan ini harus kita tingkatkan terus, agar masyarakat semakin sadar manfaatnya," tutur Budirama. Sehari sebelumnya, Sabtu (21/4), dalam rangka memperingati Hari Bumi dan Hari Jadi ke-525 Bogor, Wali Kota Bogor, Diani Budiarto, mencanangkan pembuatan 5.250 lubang resapan biopori di 21 kelurahan pada enam kecamatan yang ada. Secara simbolik pembuatan lubang biopori ini dilakukan di Lapangan Sempur, Bogor Tengah. Pencanangan tersebut diikuti sekitar 4.000 peserta terdiri dari 1.500 mahasiswa IPB, 1.500 pelajar SMA dan SMK Kota Bogor, 500 pegawai Pemkot Bogor, serta 500 anggota Pramuka Kwartir Cabang Kota Bogor. "Sebanyak 4.000 orang inilah yang nantinya bertugas membuat lubang biopori di Kota Bogor," ungkap Indra M Rusli, ketua Panitia Pelaksana kegiatan tersebut. Indra yang juga Asisten Sosial Ekonomi (Sosek) Pemkot Bogor, menerangkan, penetapan angka 5.250 lubang biopori didasarkan dikaitkan dengan hari jadi ke-525 Bogor. "Tetapi karena pelaksanaan ini juga berkaitan dengan Hari Bumi, kita menargetkan membuat 22.407 lubang." Wali Kota Bogor, Diani Budiarto, berharap, pembuatan lubang resapan biopori mampu menjaga ketersediaan air sebagai sumber kehidupan yang saat ini telah mendekati kritis. Berdasarkan hasil kajian global tentang krisis air yang disampaikan pada World Water Forum II pada tahun 2000, kata Diani, disebutkan banyak negara yang akan mengalami krisis air. "Salah satunya adalah Indonesia, Nah lubang biopori ini saya harap bisa menghindarkan Indonesia dari krisis air." Kamir R Brata, penemu teknologi biopori, menjelaskan, lubang resapan biopori dibuat berukuran diameter 10 cm dengan kedalaman 80 cm sampai satu meter."Selain untuk menyerap air, lubang ini bisa juga untuk menampung sampah organik yang akan terurai dengan alami." Fakta Angka 25 Ribu Jumlah sumur resapan di Jakarta dari target 1 juta sumur resapan. |
No comments:
Post a Comment
ayo para peduli kesehatan berikan komentarnya