Showing posts with label ilmu teknik sipil. Show all posts
Showing posts with label ilmu teknik sipil. Show all posts

Cara Cepat hitung RAB 2

Cara Cepat hitung RAB-2

Sebelum memulai renovasi/membangun rumah/ruko/dll, harus dipersiapkan RAB /rencana anggaran biayanya. Bagaimana cara menghitung biaya renovasi rumah atau pembangunan rumah? Berikut beberapa tipsnya.
BIAYA MEMBANGUN DARI AWAL

Biaya permeter saat ini untuk membangun bangunan dari tanah kosong adalah berkisar Rp. 2,5jt – Rp. 3jt/m2. Maka menghitung biayanya adalah dengan mengkalikan luas bangunan dengan nilai permeter.

LUAS BANGUNAN X Rp. 2,5jt = TOTAL BIAYA BANGUNAN

Jika rumah bertingkat, maka total luas bangunan yang digunakan adalah keseluruhan lantai (bawah+atas) baru kemudian dikalikan dengan biaya pembangunan permeter.

Jika rumah menggunakan standar bahan bangunan yang lebih sederhana seperti untuk kost atau kontrakan, maka harga nya bisa diturunkan ke Rp. 2jt/m2.

BIAYA RENOVASI BANGUNAN

Menghitung biaya renovasi rumah tanpa merubah struktur bangunan adalah sbb:

1 – Biaya penggantian lapisan lantai keramik berkisar Rp. 150rb – Rp. 200rb/m2
2 – Biaya cat ulang dinding Rp. 20rb -25rb/m2
3 – Biaya ganti plafond gypsum Rp. 110rb/m2 atau hanya pengecatan ulang Rp. 20rb/m2
4 – Biaya ganti rangka atap menjadi rangka galvanize Rp. 150rb – Rp. 175rb/m2

Cara menghitungnya adalah, siapkan ukuran yang akan dikerjakan untuk poin 1,2, 3 dan 4 dengan cara mengukur ruangan yang akan direnovasi. Kemudian kalikan masing-masing poin dengan biaya permeternya, baru kemudian ditotal keseluruhannya. Maka anda akan mendapatkan biaya perkiraan renovasi rumah anda.
(sumber:http://benerinrumah.wordpress.com)

Mengenal Batu Alam

Mengenal Batu Alam (Material)

Batu alam bukan lagi sebagai material fondasi, tapi sudah jadi elemen dekoratif. Batu membuat rumah menjadi tampil alami. Batu juga mendinginkan suasana ruang serta memperindah tampilan. Umumnya batu alam diaplikasikan pada dinding dan lantai, dan beberapa jenis lainnya menjadi elemen pada taman dan Landscape.

Sebagai elemen bangunan, cukup banyak batu yang tersedia di pasaran. Umumnya dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu batu keras dan batu lunak. Keduanya, dibedakan menurut kekuatan dan tingkat porositasnya. Batuan keras berusia lebih tua, sehingga lebih keras dari batu lunak.

Yang termasuk batu keras antara lain, batu andesit, marmer, dan granit. Sedangkan batu lunak, antara lain, batu paras, batu palimanan, dan batu candi. Batu-batu ini juga memiliki “keturunan” yang biasanya sebagai konsekwensi dari bentuk dan motifnya.

Batu-batu yang kini banyak di cari orang adalah jenis batu andesit bermotif sebagai elemen bangunan minimalis. Selain batu andesit bermotif, orang juga banyak tertarik dengan jenis slab (batu pipih hasil potongan mesin) dari andesit rata, marmer, batu candi, granit, batu paras dan batu templek. Batu koral dan batu kali juga di cari sebagai elemen taman.

Memasang batu pada dinding dan lantai mirip dengan proses memasak keramik lantai/dinding. Kedua-duanya membutuhkan perekat berupa adukan semen:pasir atau perekat semen instant. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah komposisi semen pasir pada adukan perekat. Agar batu merekat erat, tambahkan proporsi semen lebih banyak pada campuran semen:pasir.

Ada beberapa jenis coating batu alam, antara lain, dof, glossy, dan natural. Tampilan dan nuansanya berbeda, tapi tidak mengubah karakter batu secara keseluruhan, tergantung selera dari pemiliknya. Coating mencegah terjadinya lumut pada permukaan batu. Aplikasikan jika ingin batu alam anda tidak berlumut. Jika ingin tampilan sealami mungkin (berlumut), tak perlu penggunaan coating.

Kelompok batu lunak memiliki daya serap air lebih besar dari batu keras. Ini menjadikan batu lunak lebih cepat berlumut karena selalu lembab. Batu ini lebih cocok untuk area yang jarang terkena air/tidak lembab. Jika ingin menggunakan batu ini pada eksterior bangunan, maka coating perlu diperlakukan sebagai finishing batu lunak untuk mencegah agar batu tidak lembab. Coating dilakukan secara rutin, bisa enam bulan sekali atau setahun sekali.

DINDING DAN LANTAI

Batu memiliki karakter sama, ketebalannya pun mirip. Rata-rata slab di pasaran memiliki ketebalan antara 1,4cm – 1,7cm. ukuran ketebalan ini tidak banyak berlaku untuk batu templek, yang tebalnya bervariasi. Ini karena permukaan batu templek tidak sama rata, selalu bervariasi.

Batu apa yang cocok untuk dinding dan lantai ? sebagai material untuk lantai tentu harus dipilih batu yang memiliki permukaan rata, paling tidak permukaannya tidak memiliki sudut tajam. Ini agar tak melukai kaki yang menginjaknya. Pilihan batu yang cocok antara lain, batu palimanan, paras, marmer, andesit, atau batu koral. Bisa juga dipilih jenis batu pecah atau templek, selama pada batu ini tidak terdapat sudut tajam yang berpotensi melukai.

Lain lagi untuk dinding, ragam tekstur dan jenis batu bisa lebih beragam. Dari sisi jenis, tidak jauh berbeda dengan jenis batu untuk lantai. Namun dari sisi tekstur, pada dinding tidak masalah apabila kita memasang batu dengan tekstur kasar ataupun lancip.


sumber: http://istanalangit.com

Jenis -jenis Semen

Jenis -jenis Semen

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan berbagai jenis semen.
  1. Semen Portland
  2. Water proofed cement
  3. Semen Putih
  4. High Alumina Cement
  5. Semen Anti Bakteri
  6. Oil Well Cement (OWC)
  7. Semen Campur

SEMENT PORTLAND (OPC)

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.
Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.
3. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I
5 Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb

WATER PROOFED CEMENT

Water proofed cement adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “Water proofing agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium, Aluminium, atau logam stearat lainnya.Semen ini banyak dipakai untuk konstruksi beton yang berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan cairan kimia.

WHITE CEMENT (SEMEN PUTIH)

Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah (dibawah 1 %).

HIGH ALUMINA CEMENT

High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku semen ini terbuat dari batu kapur dan bauxite, sedangkan penggunaannya adalah antara lain :
  • Rafractory Concrette
  • Heat resistance concrete
  • Corrosion resistance concrete

SEMEN ANTI BAKTERI

Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut ditambahkan pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton terhadap serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat kimia dan fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I. Penggunaan semen anti bakteri antara lain :
  • Kamar mandi
  • Kolam-kolam
  • Lantai industri makanan
  • Keramik
  • Bangunan dimana terdapat jamur pathogenic dan bakteri
OIL WELL CEMENT
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan bahan retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan 4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi. Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan temperature dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan API Spesification 10 1986, yaitu :
KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan
KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi
KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang
KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E

BLENDED CEMENT (SEMEN CAMPUR)

Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut diperlukan material lain sebagai pencampur.Jenis semen campur :
  1. Semen Portland Pozzolan (SPP)
  2. Portland Pozzolan Cement (PPC)
  3. Portland Blast Furnace Slag Cement
  4. Semen Mosonry
  5. Semen Portland Campur (SPC)
  6. Portland Composite Cement (PCC)
Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC)
Semen Portland pozzolan (SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan Cement (PPC) adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara merata semen Portland dan bahan pozzolon atau gabungan antara menggiling dan mencampur.
Portland Blast Furnace Slag Cement
Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland yang dicampur dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan cara mencampur bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus slag atau menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran slag. Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling berkebalikan. Beberapa sifat slag semen adalah sabagai berikut :
    1. Jika kehalusannya cukup, mempunyai kekuatan tekan yang sama dengan semen portland.
    2. Betonnya lebih stabil dari pada beton semen portland
    3. Mempunyai permebility yang rendah
Semen Masonry
Semen masonry pertama kali diperkenalkan di USA, kemudian berkembang kebeberapa negara.Secara tradisional plesteran untuk bangunan umumnya menggunakan kapur padam, kemudian meningkat dengan dipakainya semen portland yang dicampur dengan kapur padam. Namun karena dianggap kurang praktis maka diperkanalkan Semen Masonry .
Portland Composite Cement (Semen Portland Campur)PCC -SPC
Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur adalah Bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan gibs dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag), pozzoland, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6 – 35 % dari massa semen portland composite. Menurut Standard Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive material aktif
  1. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif
  2. Type II/B-M mengandung 21 – 35 % aditif
Kalau pada Portland Pozzolan Cement (Semen Portland Pozzolan) aditif yang digunakan hanya 1 jenis maka pada Portland Composite Cement ini aditif yang digunakan lebih dari 1 jenis atau 2 jenis maka semen ini dikelompokkan pada TERNARY CEMENT.



sumber: http://rdianto.wordpress.com

Beton Pratekan

Perkembangan Beton Pratekan

Dalam konstruksi, beton merupakan sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen.
Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekan, tetapi sebaliknya mempunyai kekuatan relative sangat rendah terhadap tarik.
Beton tidak selamanya bekerja secara efektif didalam penampang-penampang struktur beton bertulang, hanya bagian tertekan saja yang efektif bekerja, sedangkan bagian beton yang retak dibagian yang tertarik tidak bekerja efektif dan hanya merupakan beban mati yang tidak bermanfaat. Hal inilah yang menyebabkan tidak dapatnya diciptakan srtuktur-struktur beton bertulang dengan bentang yang panjang secara ekonomis, karena terlalu banyak beban mati yang tidak efektif. Disampimg itu, retak-retak disekitar baja tulangan bisa berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton bertulang seperti diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton secara lain, yaitu dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja (tendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan.


Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh EUGENE FREYSSINET seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi rangkak,relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka digunakan beton dan baja yang bermutu tinggi. Disamping itu ia juga telah menciptakan suatu system panjang kawat dan system penarikan yang baik, yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan system FREYSSINET.
Dengan demikian, Freyssinet telah berhasil menciptakan suatu jenis struktur baru sebagai tandingan dari strktur beton bertulang. Karena penampang beton tidak pernah tertarik, maka seluruh beban dapat dimanfaatkan seluruhnya dan dengan system ini dimungkinkanlah penciptaan struktur-struktur yang langsing dan bentang-bentang yang panjang.
Beton pratekan untuk pertama kalinya dilaksanakan besar-besaran dengan sukses oleh Freyssinet pada tahun 1933 di Gare Maritime pelabuhan LeHavre (Perancis). Freyssenet sebagai bapak beton pratekan segera diikuti jejaknya oleh para ahli lain dalam mengembangkan lebih lanjut jenis struktur ini

Tujuan
Tujuan pemberian gaya pratekan adalah timbul tegangan-tegangan awal yang berlawanan dengan tegangan- tegangan oleh beban-beban kerja. Dengan demikian konstruksi dapat memikul beban yang lebih besar tanpa merubah mutu betonnya.
Untung/ rugi dibandingkan beton bertulang
  1. Dapat dipakai pada bentang-bentang yang besar.
  2. Bentuknya langsing, berat sendiri lebih kecil, lendutan lebih kecil.
  3. Hanya dapat memikul beban dalam satu arah,kurang cocok untuk pembebanan bolak balik.
  4. Beton mutu tinggi, tidak mudah retak, lebih aman/ tahan terhadap pengaruh cuaca sehingga bahaya karatan dari baja oleh merembesnya air atau uap-uap korosif dapat dibatasi.
  5. Lebih ekonomis apabila dipakai pada bentang-bentang yang besar.
  6. Diperhitungkan alat-alat pelengkap (dongkrak, jangkar, pipa pembungkus, alat untuk memompa martel, dan lain-lain) dan juga diperlukan pengawasan pelaksanaan yang ketat.

pipa HDPE

Instalasi air bersih dengan pipa HDPE

Pipa hdpe digunakan untuk instalasi air bersih. Pipa hdpe tersedia dari ukuran 20mm sampai dengan 1200mm, pipa hdpe mempunya tingkat flexible yang tinggi sehingga pipa hdpe bisa mengikuti struktur tanah. jika stuktur tanah berubah, maka pipa hdpe tidak akan putus.Dengan karakteristik yaqng istimewa, memungkinkan Pipa HDPE dapat digunakan dalam kondisi yang bervariasi untuk mengalirkan air.

KARAKTERISTIK PIPA HDPE
1. Memiliki Flexibilitas yang tinggi ( kekuatan tensil > 22 mPa dan elastis > 700% )
2. Memiliki ketahanan akan temperatur rendah bahkan temperatur air baku
3. Memiliki kemampuan dalam menahan benturan ( impact strength)
4. Ringan ( mengapung di air) dengan densitas = 0, 94 gr/ cm3, sehingga mudah dalam penanganan dan transportasi
5. Metode penyambungan yang cepat dan mudah
6. Tahan terhadap korosi dan abrasi
7. Permukaan halus, akan meminimalisasi hilangnya tekanan
8. Jangka waktu pemakaian 50 tahun

Pada prinsipnya penyambungan pipa HDPE untuk ukuran berapapun adalah sama prosedurnya, yaitu:
1. Menyiapkan pipa HDPE yang akan disambung.
2. Meratakan ujung-ujung kedua pipa dengan cara diraut (scraping). Sampai benar-benar bersih dan rata kedua ujungnya.
3. Persiapan lembar/piring pemanas (hot plate), pastikan temperaturnya sudah rata pada setiap sisi bagian hot plate.
4. Pemanasan kedua ujung pipa hingga waktu yang ditentukan.
5. Penyambungan dengan tekanan hydrolik sesuai tabel pipa.
6. Cooling time, mohon dipatuhi agar hasilnya sempurna.
7. Selesai



Pengujian Pipa
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pengujian ini yaitu uji tekanan dan uji kebocoran pipa itu sendiri, keduanya bisa dilakukan bersamaan atau terpisah. Adapun syarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan test adalah :
1. Semua katub (valve), sambungan (joint) sudah terpasang
2. Katub (valve), sumbat, harus dalam keadaan tertutup.
3. Sebaiknya pengujian dilakukan perbagian pipa setiap panjang 500 meter (tidak seluruh panjang pipa)
4. Pipa yang akan diuji harus dibilas dengan air bersih, dan kemudian diisi air perlahan-lahan agar tidak meninggalkan udara.
5. Akan lebih mudah sebelum dilakuakan pengetesan, pipa tidak diurug terlebih dahulu (agar lebih mudah mencari sumber kebocorannya)

Prinsip dari pengujian ini adalah :
1. Uji tekanan : jaringan pipa dapat menerima tekanan sebesar 1.5 kali besarnya tekanan kerja, atau lebih besar lagi, asal tidak melebihi tekanan yang diijinkan untuk katub/valve, dan dilaksanakan sedikitnya 2 Jam.Yaitu dengan memberikan tekanan pada pipa HDPE yang telah diisi penuh dengan air.Pipa HDPE ditekan (lihat nano meter) sampai 9 bar dan terakhir sampai 10 bar.
2. Uji Kebocoran : seharusnya pipa yang ”lulus” uji ini adalah yang sama sekali tidak bocor, namun atas pertimbangan pipa baru, air mengisi sela-sela asesoris, dls, maka ditetapkan kriteria kebocoran yaitu : banyaknya air yang ditambahkan ke dalam jaringan perpipaan selama dilakukan test (biasanya dalam satu jam).


sumber: dari berbagai sumber

Cara Menghitung Luas atap baja ringan

Cara Menghitung Luas atap baja ringan

Cara Menghitung Luas rangka atap baja ringan adalah menggunakan luas permukaan miring, dimana luas rangka atap baja ringan telah meliputi oversteck dan kemiringan atap.Cara perhitungan tergantung bentuk atap rumah, karena bentuk atap berkaitan dengan luas dari atap tersebut.
Dengan cara penghitungannya sbb:
Misal:
  • Panjang : 12 m
  • Lebar     : 6 m
  • oversteck : 0.60 m
  • kemiringan atap: 30 derajat (cosinus 30 = 0.8660)
  • bentuk atap limas (jatuh air ke empat sisi) dengan oversteck keliling ( depan, belakang, kanan,kiri )
Menentukan luas datar:
Luas Datar = (Panjang + oversteck) x (lebar + oversteck)
= (12+0.6+0.6) x (6+0.6+0.6)
= 13.2 x 7.2
= 95.04 M2
Menentukan Luas miringnya:
Luas Miring = Luas datar / cosinus kemiringan atap
= 95.04 / 0.8660
= 109.75 M2
Maka Luas Rangka atap Baja ringannya adalah = 109.75 M2